Jumat, 19 Juni 2009

Kasus Manohara dan Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia

"Apakah Anda tidak marah perempuan-perempuan dari bangsa Anda diperlakukan seperti Manohara di negara lain?" Seorang rekan yang berasal dari Singapura menanyakan hal tersebut dan sangat pantas untuk dijawab; "Ya tentu saja saya marah."

Namun, kasus Manohara Odelia Pinot seorang model yang diduga mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya sendiri salah satu putra Sultan Kelantan, Malaysia, Tengku Tumenggong Mohammad Fakhry, menuntut perspektif yang proporsional.

Pengamat politik internasional UI, Beginda Pakpahan, menilai, kasus Manohara harus ditilik dari berbagai segi secara komprehensif. Menurut dia, Manohara, harus ditempatkan sebagai contoh kasus dari sekian banyak kasus serupa yang menimpa buruh migran Indonesia di negara lain.

"Kasus serupa atau bahkan yang lebih parah juga harus mendapatkan perhatian," katanya.

Ia berpendapat, negara wajib melindungi warga negaranya baik yang berada di dalam maupun di luar negeri, dalam hal ini Manohara Odelia Pinot pun berhak mendapatkan perlindungan dari negara.

Fakta bahwa putri dari pasangan Daisy Fajarina dan Reiner Noack Pinot itu memiliki dwi kenegaraan yakni Indonesia dan Amerika Serikat tidak menjadikan haknya tersebut hilang.

Pemerintah Indonesia terkesan cenderung hati-hati menangani persoalan Manohara karena berada di ambang sensitifitas yang potensial mengancam keretakan hubungan baik Indonesia-Malaysia.

"Hubungan Indonesia-Malaysia selama ini berada di antara rasa cinta dan benci tapi keduanya terlihat saling sepakat untuk menjaga hubungan baik bertetangga antar-negara," katanya.

Kasus KDRT yang diakui oleh Manohara sendiri telah menimpanya dinilai rumit sebagaimana kasus KDRT pada umumnya di mana negara cenderung tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan keluarga seorang individu warga negara.

Lebih lanjut Beginda mengingatkan agar masyarakat di tanah air tidak terbawa emosi menanggapi persoalan itu tetapi mengedepankan akal sehat serta menilik fakta-fakta secara komprehensif.

Persoalan Manohara yang meledak sejak pertengahan April 2009 silam dan kembali mencapai klimaksnya pada 31 Mei 2009 saat Manohara berhasil di pulangkan ke Jakarta, dikhawatirkan potensial untuk ditunggangi berbagai macam kepentingan termasuk pengalih perhatian dari persoalan yang lebih krusial.

Sebab kasus Manohara rentan dilekati beragam isu mulai dari isu berbau gender, KDRT, persoalan/kepentingan keluarga, kekerasan terhadap anak di bawah umur, keretakan bangsa, keretakan dua negara, hingga isu sebagai upaya memancing situasi panas di kawasan ASEAN. Kompleksitas sensitif yang potensial untuk ditunggangi berbagai kepentingan.

Warga Kelantan Malaysia, Nini, dalam sebuah forum diskusi di situs dunia maya, berharap persoalan Manohara tidak mengganggu hubungan bilateral Indonesia-Malaysia.

"Janganlah karena perkara semacam ini bisa mencetuskan ketegangan antara kita. Biar Allah yang menentukan sapa yang benar dan siapa yang enggak benar. Saya rakyat Kelantan. Saya tidak mau menyebelahi mana-mana pihak sebab kita tidak tahu apa sebenarnya yang berlaku antara mereka. Kita hanya mendengar cerita baik dari Manohara atau Tengku Fakhry tetapi kita tidak tahu apa sebenarnya yang berlaku antara mereka. Hanya Allah yang tahu. Dan kepada rakyat Indonesia kalaupun Anda memarahi seorang yang salah jangan disamakan semua orang juga salah," katanya.

Siapa Manohara

Banyak yang sebelumnya tidak mengenal Manohara Odelia Pinot. Gadis kelahiran 28 februari 1992 itu disebut-sebut pernah masuk dalam 100 Pesona Indonesia oleh Majalah Harper`s Bazaar tetapi justru tidak terdengar kiprahnya dalam kancah permodelan di Tanah Air.

Namanya baru sayup-sayup terdengar saat ia disunting salah satu pangeran Kelantan, Tengku Temenggong Muhammad Fakhry Petra pada 26 Agustus 2008. Pada pernikahan itu dikabarkan mas kawin yang diterima Manohara senilai 50.000 RM, sebuah kalung berlian, anting-anting, gelang, cincin, dan jam tangan.

Nama Manohara semakin santer terdengar saat ibunya, Daisy Fajarina, membeberkan kepada media telah terjadi penculikan atas Manohara oleh Tengku Fakhry, suaminya sendiri, saat usai beribadah umrah di Mekkah, awal Maret 2009. Kepopulerannya semakin berlanjut saat ia berhasil dipulangkan ke Tanah Air ketika berada di Singapura pada 31 Mei 2009.

Manohara mengakui telah mengalami pelecehan oleh suaminya sendiri dalam hal seksual, fisik, maupun mental. Ia mengaku ke dalam tubuhnya kerap kali disuntikkan hormon yang berefek salah satunya pada semakin bertambahnya berat badan.

Pengakuan tersebut menyulut sisi nasionalisme tersendiri bagi awam. Namun sebelum memutuskan bertindak harus diketahui fakta-fakta tentang Manohara.

Dari sisi latar belakang, masa lalu Manohara layaknya tertutupi tabir yang sulit diungkap. Pun saat berhadapan dengan media, keluarga termasuk ibundanya, Daisy Fajarina, lebih sering cenderung enggan menceritakan masa lalunya.

Fakta yang diakui dan dibenarkan, Manohara, memiliki dua paspor yang berarti dua kewarganegaraan yang seharusnya sudah dilepas salah satunya sejak ia menginjak usia 17 tahun pada Februari 2009 lalu.

Dari hasil pencarian di beberapa situs internet, Manohara lebih banyak menghabiskan masa kecil di Perancis. Ia terkondisi untuk bergaul dengan kalangan jetset.

Bersama kakaknya, Dewi Sari Asih, ia terbiasa hidup di sebuah villa mewah di Cote d`Azur, Perancis. Bagi Mano dan keluarganya bersantai di cafe-cafe yang berjajar di Monte Carlo adalah hal yang lumrah.

Diberitakan, ia sering berbelanja di Milan dan menghabiskan akhir pekan di Barcelona sebagai agenda bulanan. Sejumlah negara seperti Swiss Alps, Maroko, Amerika Serikat, Inggris, Dubai, dan Indonesia menjadi tempatnya untuk berlibur.

Manohara dan kakaknya menempuh pendidikan di Nice International School dan menjadi teman satu sekolah bagi pembalap Formula One, Nico Rosberg, serta beberapa orang top lainnya.

Sayang, pernah tersiar kabar, Manohara "drop out" dari sekolahnya. Pada usia 15 tahun ia sudah terbiasa menjalin hubungan asmara dengan beberapa pria ternama dari kalangan "high class" seperti Ardy Bakrie dan Ryan Haryanto, seorang pembalap yang tinggal di Singapura.

Manohara layaknya dididik untuk menjadi sosialita yang berselera tinggi dalam usinya yang belia. Ia terbiasa berpesiar menggunakan jet pribadi sambil mengenakan tas bermerek Hermes Birkin yang harganya mencapai ratusan juta rupiah.

Ibunya mendidik Manohara menjadi pribadi yang "manner" namun sayang tidak menempatkan putrinya di bangku sekolah sebagaimana mestinya gadis sebaya dia.

Bukan Puteri Kelantan

Atas pelecehan yang diakui diterimanya, Manohara mengatakan akan sekuat tenaga membela dan membantu "Mano-Mano" lain di Malaysia.

Setelah sukses membebaskan diri dari "cengkeraman" Kesultanan Kelantan ia laksana "road show" dari media ke media di Indonesia. Dengan semangat luar biasa Mano melayani berbagai pertanyaan yang dilayangkan kepadanya tanpa terkesan mengalami tekanan ataupun trauma.

"Mano harus terlihat kuat. Ini awal dari perjuangan Mano untuk bangkit. Mano berharap semakin banyak pihak yang tahu dengan apa yang menimpa bangsa Indonesia lain di Malaysia maka mereka akan menolong. Karena Mano tahu banyak orang Indonesia tertahan dan tidak bisa keluar dari Malaysia," katanya.

Manohara pun membeberkan fakta-fakta bahwa ia tidak pernah diperlakukan layaknya Puteri Kelantan. Kamar tidurnya bahkan hanya terletak di belakang lemari buku. Jika tombol di samping lemari ditekan baru terlihat kamar Mano.

Media komunikasi apapun bentuknya baik koran, televisi, internet, maupun handphone tidak diperbolehkan berada di sekitar Mano.

Bahkan untuk sekadar ke kamar kecil ia wajib dikawal. Secara keseluruhan Mano mengaku tidak memiliki akses ke luar dari kamarnya. Untuk dapat keluar dari ruangan itu harus ada izin khusus yang jarang sekali didapatkan.

Semua barang mewah dan mahal yang dipakai Mano saat acara, hanya merupakan pinjaman yang harus dikembalikan ketika acara selesai. Uang saku Mano sebesar 3.000 ringgit, tetapi Mano mengaku tidak pernah melihat atau bahkan membelanjakan uang tersebut selama menjadi istri Tengku Fakhry. Uang tersebut dipegang oleh orang lain.

Mano mengaku sempat disuntik hormon sampai muntah darah yang salah satu efeknya menaikkan berat badannya hingga di atas 10 kg supaya tampak gemuk dan bahagia.

Cerita, kisah, dan pengakuan memang bukan sepenuhnya fakta sebelum akurasi menjawabnya dengan tegas. Saat ini tertinggal, Manohara Odelia Pinot layaknya tertata dalam mozaik-mozaik kepentingan yang harus diarifi semua pihak. (sports.id.finroll.com)

Artikel yang masih berhubungan :
Artikel lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar